POTENSI ANGGREK SEBAGAI TANAMAN OBAT
Oleh
Ade
Ayu Nuranini B1J011009
Yuli
Wulandari B1J010071
Prasadhana
Tungga Dewa B1J010079
Makalah Tugas Terstruktur Orkhidologi
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
BIOLOGI
PURWOKERTO
2014
I.
Pendahuluan
Anggrek adalah kelompok yang paling banyak di alam dari
tanaman berbunga dan memiliki tersebar di seluruh dunia dari daerah tropis
ke daerah alpine yang tinggi . Anggrek
menunjukkan berbagai keanekaragaman dalam ukuran, bentuk dan warna bunga
mereka. Meski secara umum tumbuh sebagai tanaman hias , banyak juga yang digunakan
sebagai obat herbal dan makanan. Anggrek memiliki nilai budaya di berbagai suku
dan budaya di berbagai belahan dunia . Anggrek telah digunakan di berbagai
belahan dunia dalam sistem pengobatan tradisional serta dalam pengobatan
sejumlah penyakit sejak zaman kuno. Meskipun Orchidaceae dianggap sebagai
keluarga terbesar dari kerajaan tanaman , beberapa studi telah dilakukan
mengenai sifat obat mereka. Menghubungkan pengetahuan asli anggrek obat untuk
kegiatan penelitian modern memberikan pendekatan baru yang handal , untuk
penemuan obat baru, jauh lebih efektif daripada dengan hanya percobaan acak
dari koleksi. Banyak dari anggrek jenis ini menghadapi bahaya ekstrim kepunahan
karena eksploitasi berlebihan dan hilangnya habitat (Pant, 2013).
Pada beberapa abad yang lalu, anggrek
mempunyai peran penting dalam pengembangan teknik pengobatan herbal yang menggunakan
bahan dari tumbuh-tumbuhan. Penggunaan obat tradisional dengan bahan
tanaman Anggrek telah digunakan dalam pengobatan tradisional dalam upaya untuk
mengobati banyak penyakit. Mereka telah digunakan sebagai sumber obat herbal di Cina
sejak 2800 SM. Gastrodia elata adalah
salah satu spesies anggrek dari genus Gastrodia adalah salah satu
dari tiga jenis anggrek yang tercantum dalam Materia Medica yang pertama dikenal di Cina sebagai jenis anggrek yang digunakan
untuk pengobatan(Shennon bencaojing).
II.
PEMBAHASAN
Orchidaceae
dianggap sebagai keluarga terbesar dari kerajaan tumbuhan terdiri dari
25,000-35,000 spesies. Studi mengenai sifat obat mereka sangat terbatas.
Informasi sebatas nilai-nilai obat anggrek mengenai sifat terapeutik. Kompilasi
informasi mengenai efek obat sangat penting untuk memberikan acuan bagi
pengembangan obat banyak penyakit saat
ini. Sebagai contoh, terdapat beberapa anggrek dari subtribe Dendrobiinae telah
digunakan secara ekstensif sebagai obat dan suplemen kesehatan di Cina dan
sekitarnya. Shih – Hu (Obat yang menggunakan bahan dasar puluhan jenis
Dendrobium-khususnya Dendrobium nobile)
menyandang predikat obat yang berharga dan telah digunakan semenjak zaman
Dinasti Han (200 SM). Beberapa spesies Dendrobium yang bersangkutan telah
dibudidayakan untuk dikirim ke daerah dimana banyak terdapat komunitas Etnik
Tionghoa yang tersebar di seluruh dunia, sementara Dendrobium moniliforme masih mengandalkan kiriman dari Jepang. Shih
– Hu artinya ‘Batu Kehidupan’, mengacu kepada tanaman tersebut yang memiliki
sifat tahan suhu dingin dan menguatkan yang sesuai dengan doktrin ketimuran
dimana suatu sifat ke’obat’an tanaman tersebut harus sesuai dengan
karakteristiknya. Secara tradisional digunakan sebagai tonik untuk memperkuat
sistem yin yang berhubungan dengan umur panjang dan kejantanan. Dendrobium nobile mengandung beberapa
alkaloid, salah satunya adalah dendrobine yang mengendalikan dan memicu
aktifitas farmalogikal.
Di Papua
Nugini daun dari Dendrobium sp. digunakan
untuk meredakan batuk dan juga beberapa spesies dari seksi Monanthos digunakan
untuk menghentikan pendarahan dalam. Orang India menggunakan Dendrobium monticola dan Dendrobium ovatum untuk menghaluskan
kulit, sementara Dendrobium moschatum digunakan untuk mengobati
sakit telinga. Dendrobium bifarium, Dendrobium planibulbe,
dan Dendrobium purpureum digunakan sebagai obat untuk berbagai macam penyakit
kulit di Indonesia. Dendrobium crumenatum
digunakan sebagai obat untuk sakit telinga dan peradangan pada telinga di
Malaysia dan Jawa. Di Queensland dikenal Dendrobium
discolor sebagai obat infeksi dan minyak gosok untuk infeksi cacing gelang.
Dendrobium hymenanthum digunakan untuk menggunakan penyakit edema / busung air
di daerah Malaysia bagian barat. Dendrobium
subulatum digunakan di Malaysia untuk meredakan sakit kepala, dan di Tahiti
daun Dendrobium crispatum yang telah
dimemarkan digunakan untuk menghilangkan sakit kepala dan sakit akut. Dendrobium taurinum di Philipina digunakan untuk mengatasi kerontokan.
Beberapa jenis anggrek juga digunakan sebagai obat kejantanan seperti Dendrobium acinaforme di Ambon, Dendrobium
chryseum di India, Dendrobium moniliforme di Taiwan dan Korea, dan Dendrobium nobile di Cina.
Batang
berdaging yang kaya mukopolisakarida mirip dengan dua spesies dengan morfologi
dan obat sifat penting, Dendrobium
officinale, dan Dendrobium
huoshanense, menunjukkan Dendrobium
wangliangii mungkin memiliki nilai obat tinggi yang dikonfirmasi oleh fakta
bahwa penduduk setempat mengumpulkan untuk keperluan pengobatan. Selain itu,
tanaman memiliki nilai hias tinggi karena bunga-bunga merah muda yang besar dan
mencolok yang sangat menarik dibandingkan dengan berdaging kecil batang (Zhao,
D., 2013)
III.
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1.
Terdapat Anggrek
yang memiliki efek obat, seperti Dendrobium
monticola dan Dendrobium ovatum
untuk menghaluskan kulit, Dendrobium purpureum digunakan sebagai obat untuk
berbagai macam penyakit kulit, Dendrobium
crumenatum digunakan sebagai obat untuk sakit telinga dan peradangan pada
telinga, Dendrobium discolor sebagai
obat infeksi dan minyak gosok untuk infeksi cacing gelang, Dendrobium hymenanthum
digunakan untuk menggunakan penyakit edema / busung air, Dendrobium subulatum digunakan untuk meredakan sakit kepala, dan Dendrobium taurinum digunakan untuk mengatasi kerontokan.
2. Anggrek yang memiliki efek obat terancam punah karena
aktivitas manusia dan berkurangnya habitat.
DAFTAR REFERENSI
Hias, F.Rahardi, Sri Wahyuni, Eko M. Nurcahyo. 1993. Agribisnis Tanaman. Jakarta: Penerbar Swadaya
Osman, Fiyanti, dan Indah P. 1989. Anggrek Dendrobium. Jakarta: Penebar Swadaya IKAPI.
Pant, Bijaya.
2013. Medicinal orchids and their uses: Tissue culture apotential alternative
for conservation. African Journal of Plant Science 7(10): 448-467
Sutarni M.
Soeryowinoto, Merawat Anggrek , Jakarta:
Penerbit Yayasan Kanisius,
Zhao, D.,
Guangwan H., Zhiying C., Yana S., Li Z., Anjun T. and Chunlin Lo. 2013.
Micropropagation and in vitro flowering of Dendrobium wangliangii: A critically
endangered medicinal orchid. Journal Medical Plants Research 7(28): 2098-2110
Tidak ada komentar:
Posting Komentar